1.1 Definisi Sarkoma Osteogenik
(Osteosarkoma)
Sarkoma
adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle 1999). Kanker
adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong
2003). Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang.( Wong. 2003).
Menurut
Chairuddin rasjad (2003), nama sarcoma osteogenik bukan karena tumor membentuk
tulang tetapi tumor ini pembentukanya berasal dari seri osteoblastik dari
sel-sel mesenkim primitive serta tumor ini sering ditemukan di daerah metafisis
tulang panjang terutama pada femur distal dan tibia proksimal dan dapat pula
ditemukan pada radius distal dan humerus proksimal. Tetapi kadang-kadang
sarcoma osteogenik juga ditemukan di tulang tengkorak, rahang, atau pelvis (Cancer Center, Stanford Medicine 2011).
1.2 Etiologi Osteosarkoma
Etiologi dari osteosarkoma masih belum diketahui tetapi
radiasi dan virus onkogenik yang telah terlibat dalam terjadinya keganasan
serta faktor genetik.
Etiologi lain yang disebutkan (Rahayu Arie, 2010) dari
osteosarkoma adalah :
a)
Radiasi
sinar radioaktif dosis tinggi.
b)
Keturunan
(genetik).
c)
Beberapa
kondisi tulang yang sebelumnya disebabkan oleh penyakit seperti penyakit paget
(akibat pejanan radiasi). (Smeltzer 2001).
d)
Pertumbuhan
tulang yang terlalu cepat.
e)
Sering
mengkonsumsi zat-zat toksik, seperti makanan dengan zat pengawet, merokok, dan
lain-lain.
1.3 Manifestasi klinis Osteosarkoma
Menurut
Chairuddin rasjad (2003), nyeri merupakan gejala utama yang pertama muncul yang
bersifat constant dan bertambah hebat pada malam hari. Gejala-gejala umum lain
yang dapat ditemukan adalah anemia, penurunan berat badan, serta nafsu makan.
Adapun
secara umum manifestasi klinis sarkoma osteogenik adalah :
a)
Nyeri dan/ atau pembengkakan
ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan
meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
b)
Fraktur patologik.
c)
Pembengkakan pada atau di atas tulang
atau persendian serta pergerakan yang terbatas ( Gale, 1999 ).
d)
Teraba massa tulang dan peningkatan
suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena.
e)
Gejala-gejala yang muncul jika terjadi metastasis
di paru-paru meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun
dan malaise ( Smeltzer, 2001)
1.4 Pemeriksaan Diagnostik Osteosarkoma
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan
penunjang. Adapun pemeriksaan penunjang yand
dapat dilukan adalah :
1)
Pemeriksaan radiologik
Dari
pemeriksaan radiolog didapatkan gambaran segitiga codman yang merupakan sisa dari festrujsi tulang dan reaksi
periosteum. Selain itu, juga ditemukan adanya bagian korteks yang terputus dan
tumor menembus jaringan di sekitarnya dan membentuk garis-garis pembentukan
tulang yang radier kea rah luar yang berasal adari korteks dan dikenal sebagai sunburst appearance.
2)
CT-scan dan MRI untuk menilai tumor
tulang malignant.
3)
Pemeriksaan radiodensitas menyatakan
adanya pembentukan tulang baru.
4)
Biopsi.
Merupakan
hal yang vital dalam menntukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsy jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
5)
Pemeriksaan foto thoraks.
Dilakukan
sebagai prosedur rutin dan untuk follow
up adanya metastase pada paru (Chairuddin rasjad 2003).
1.5 Penatalaksanaan Osteosarkoma
Belakangan ini
Osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik, disebabkan oleh prosedur
penegakkan diagnosis dan staging dari tumor yang lebih baik, begitu juga dengan
adanya pengobatan yang lebih canggih. Dalam penanganan osteosarkoma modalitas
pengobatannya dapat dibagi atas dua bagian yaitu dengan kemoterapi dan dengan
operasi.
1 . Kemoterapi
Kemoterapi
merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma, terbukti dalam 30
tahun belakangan ini dengan kemoterapi dapat mempermudah melakukan prosedur
operasi penyelamatan ekstremitas (limb
salvage procedure) dan meningkatkan survival
rate dari penderita. Kemoterapi juga mengurangi metastase ke paru-paru dan
sekalipun ada, mempermudah melakukan eksisi pada metastase tersebut. Regimen
standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkoma adalah
kemoterapi preoperatif (preoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan induction
chemotherapy atau neoadjuvant
chemotherapy dan kemoterapi postoperatif (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy.
2.
Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage (penyelamatan ekstremitas) merupakan tujuan yang diharapkan
dalam operasi suatu osteosarkoma.
3.
Follow-up
Post-operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat
multiagent seperti pada sebelum operasi. Setelah pemberian kemoterapinya
selesai maka dilakukan pengawasan terhadap kekambuhan tumor secara lokal maupun
adanya metastase, dan komplikasi terhadap proses rekonstruksinya. Biasanya
komplikasi yang terjadi terhadap rekonstruksinya adalah: longgarnya prostesis,
infeksi, kegagalan mekanik
1.6 Diagnosis keperawata
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan
kompresi saraf-saraf di sekitar paha.
2.
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kesulitan mobilisasi
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat akibat efek toksik dari kemoterapi
4.
Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan klien tentang penyakit dan pengobatannya.
5.
Perubahan
citra diri berhubungan dengan perubahan rambut (alopesia) akibat efek
kemoterapi.
Lihat artikel sejenis asuhan keperawatan osteoblastoma
0 komentar:
Posting Komentar